SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, KHAIRI SYUKRAN

Selasa, 04 November 2014

Biografi Personil Momonon

Momonon dalam istilah orang tua jaman dahulu adalah hantu kecil yang biasa menakut-nakuti anak-anak, dan biasanya datang ketika matahari terbenam
Pada mulanya momonon hanyalah sekelompok anak muda kreatif (gara-gara kere jadi aktif), hiperaktif dengan gaya lucu dan apa adanya

Momonon menurut pandangan kami adalah hantu kecil lucu yang akrab dengan anak-anak, kemudian kami mengubahnya dengan pandangan sumber kreatifitas Terinsfirasikan oleh musisi legendaris Jamaika yaitu Bob Marley sebagai arus utamanya pada awal 2004 momonon membentuk Band

Momonon bertekad terjun dalam bentang samudera musik Indonesia dengan Reggae sebagai Gendre andalannya dan dengan Reggae pula turut serta menyemai benih-benih kedamaian keseluruh pelosok Negeri sampai penjuru Dunia.



PROFILE BAND :

Vocal



Nama : Azizi Resna
Panggilan : Gojil
TTL : Rangkasbitung, 13 Oktober 1988
Jenis kelamin : Pria
Status : Mahasiswa
Agama : Islam


Vocal/Guitar II



Nama : Resha Zaenishar
Panggilan : Sha
TTL : Rangkasbitung, 21 Juni 1989
Jenis kelamin : Pria
Status : Wiraswasta
Agama : Islam


Guitar I



Nama : Reo Zaeni
Panggilan : Hio
TTL : Rangkasbitung, 29 Maret 1983
Jenis kelamin : Pria
Status : Pekerja seni
Agama : Islam


Bass



Nama : A. Tamim
Panggilan : Taming
TTL : Rangkasbitung, 14 Juli 1987
Jenis kelamin : Pria
Status : Wiraswasta
Agama : Islam


Keyboard



Nama : Egi Permana
Panggilan : Omen
TTL : Rangkasbitung, 15 Mei 1990
Jenis kelamin : Pria
Status : Mahasiswa
Agama : Islam


Drum



Nama : Riski Tri A
Panggilan : Iqi
TTL : Rangkasbitung, 10 April 1992
Jenis kelamin : Pria
Status : Pelajar
Agama : Islam


Percussi I



Nama : Adi Wira wijaya
Panggilan : Qodier
TTL : Rangkasbitung, 09 September 1989
Jenis kelamin : Pria
Status : Mahasiswa
Agama : Islam


Percussi II



Nama : Bani Arham
Panggilan : Urban
TTL : Rangkasbitung, 14 September 1989
Jenis kelamin : Pria
Status : Mahasiswa
Agama : Islam

Makna Bendera Reggae



(ist)
Makna Merah Kuning Hijau di Reggae - Reggae menjadi salah satu aliran musik yang dipopulerkan oleh Bob Nesta Marley atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Bob Marley. Selain identik dengan rambut gimbal (dreadlock rasta), Reggae juga kerap identik dengan tiga warna. Merah, Kuning, dan Hijau. Apa makna dibalik tiga warna tersebut?

Tiga warna tersebut merupakan warna dasar bendera dari Rastafari. Rastafari ini berasal dari kata Ras Tafari, merupakan nama lahir dari Haile Selassie atau (Ras Tafari Makkonen). Dia merupakan Raja Ethiopia yang dianggap sebagai titisan dari Lion of Judah atau Yesus.
Jadi, warna merah kuning hijau tersebut bukanlah berasal dari Jamaika, asal dari Bob Marley, melainkan dari bendera Ethiopia. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Duta Reggae Indonesia, Ras Muhammad.
Lantas, apa makna dibalik tiga warna tadi? Warna Merah merupakan simbol dari darah yang tumpah dari para pejuang di bumi. Sementara untuk warna kuning melambangkan emas atau kemakmuran yang ditawarkan oleh Afrika. Sedangkan untuk warna hijau adalah melambangkan dataran hijau di Benua Afrika.

Sejarah Tony Q

Pria asal Semarang, kota kecil di Jawa tengah, Indonesia, terlahir dengan nama Tony Waluyo Sukmoasih. Lahir dari keluarga sederhana, bakat seni nya telah terihat sejak masa kanak-kanak terutama di dalam bidang seni lukis dan musik.Tony berkenalan dengan dunia musik melalui teman-temannya dan banyak terpengaruhi oleh jenis musik rock dan blues.
Selepas menyelesaikan pendidikannya di sekolah kejuruan teknik (STM) Tony memutuskan untuk memulai karier bermusiknya di kota semarang sebagai pemusik jalanan sejak tahun 1980, hingga membuatnya dekat dengan kehidupan musisi jalanan kota Semarang. Di kota kelahirannya tersebut, Tony sempat membuat album kompilasi anak jalanan dengan teman-temannya dan pernah menjuarai beberapa festival musik jalanan.
Karena ingin mencoba tantangan baru dalam bermusik maka dia pun hijrah dan mencoba mengadu nasib ke Jakarta, ibukota Indonesia. Karena kehidupannya yang dekat dengan musisi jalanan, Tony pun kembali masuk ke komunitas yang sama di Jakarta. Dengan bantuan dari seorang teman yang terlebih dahulu berkecimpung di dunia musisi jalanan Jakarta, Tony pun memberanikan niatnya untuk memulai karier musik di Jakarta sebagai pengamen. Menghibur dan bermain musik dari satu tempat ke tempat lainnya di seputaran pinggiran jalan Jakarta.
Di pertengahan tahun 1984, atas anjuran seorang teman, Tony mulai berkenalan dengan musik country dan mulai mencoba memainkan jenis musik yang pada saat itu belum terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia karena belum banyak musisi yang memainkan genre musik tersebut. Dari eksistensinya bermain musik country, Tony mulai mendapat teman dari kalangan ekspatriat di Jakarta, salah satunya adalah teman-teman dari komunitas kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. Beberapa kali Tony diundang untuk tampil di acara-acara yang diselenggarakan oleh kedutaan Amerika Serikat dan atas bantuan dari teman-teman di kedutaan dia berhasil mendapatkan undangan untuk bermain di salah satu festival musik country terbesar di amerika yaitu Grand Old Opree yang bertempat di Tennese Amerika Serikat. Akan tetapi dikarenakan kurang adanya dukungan secara finansial, rencana untuk tampil di festival tersebut tidak dapat terealisasikan. Sekian lama bermain musik country Tony mulai merasakan kejenuhan dan merasa bahwa kariernya di musik country tidak berkembang hingga dia memutuskan untuk keluar dari band countrynya dan mulai mencoba mencari jenis musik lain yang lebih sesuai dengan jiwanya.
Tony mulai berkenalan dengan musik reggae di awal tahun 1989, ketika ia jatuh cinta pada sosok legenda musik reggae Bob Marley. Tidak saja terinspirasi dengan musiknya, lirik-lirik lagu dalam setiap Bob Marley benar-benar mengusik naluri bermusiknya, hingga ia yakin untuk memilih berkarier di musik reggae dan mulai mencoba eksis di genre musik tersebut. Di tahun yang sama Tony membentuk band reggae pertamanya yang diberi nama “Roots Rock Reggae”. Band pertamanya tersebut mulai mengawali kariernya dengan main di pub dan cafe-cafe seputaran Jakarta memainkan lagu-lagu milik Bob Marley, Jimmy Cliff dan lain-lain dengan Tony sebagai lead vocal dan lead guitar. Di dalam perjalanan karier musik reggaenya, Tony sempat membentuk band-band reggae lainnya, seperti “Exodus”, kemudian “Rastaman” dan pada tahun 1994 dia membentuk band yang dikemudian hari ikut membesarkan namanya di dunia musik reggae Indonesia yaitu “Rastafara”.
Dengan Rastafara, karier musik Tony mulai menanjak, dikarenakan pada masa itu sangat jarang musisi band yang memainkan genre musik reggae di jakarta, maka Rastafara cukup dikenal luas di kalangan penikmat musik reggae. Rastafara pada saat itu dianggap sebagai pelopor musik reggae Indonesia dikarenakan merupakan satu-satunya band reggae yang berani untuk membawakan lagu ciptaan sendiri dan berusaha lepas dari bayang-bayang musik reggae ala jamaika dan hampir keseluruhan lagu-lagu Rastafara diciptakan oleh Tony.
Pada tahun 1995, atas bantuan seorang teman, Rastafara berhasil mendapatkan tawaran untuk rekaman album dari Warner Music Indonesia. Dan akhirnya album perdana bertajuk “Rambut Gimbal” dirilis pada tahun 1996. Album tersebut mendapat respon yang sangat baik, dan berhasil memberikan warna baru dalam industri musik Indonesia yang pada saat itu sedang didominasi oleh musik Alternative Rock. Hampir semua lagu-lagu di album tersebut diciptakan sendiri oleh Tony , lirik lagunya kebanyakan bercerita tentang tema sosial, kemanusiaan, cinta dan tema kehidupan masyarakat sehari-hari. Lagunya yang cukup populer pada masa itu adalah “Rambut Gimbal” sebuah istilah untuk style rambut Dreadlock dalam bahasa asing yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia dan menjadi populer dikarenakannya lagu tersebut.
Perbedaan Rastafara pada saat itu dengan band reggae lainnya adalah karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik tradisional dengan gaya khas Indonesia ke dalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae dunia seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang sunda atau Gamelan jawa juga ikut menambah warna musik Indonesia didalam lagu-lagu Rastafara. Aransemen musiknya sepintas juga terlihat mencampurkan unsur-unsur musik melayu.
Pada tahun 1997, kontrak album dengan label musiknya tidak diperpanjang dan Rastafara memutuskan untuk vakum dalam bermusik, hingga akhirnya Tony memutuskan untuk membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara.
Pada tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band additional player. Tetapi kemudian Tony memutuskan untuk bersolo karier dengan tetap membawa nama bandnya Tony Q Rastafara, yang berhasil merilis album secara independent pada tahun 2000 yaitu “Damai Dengan Cinta”. Pada album ke tiganya inilah Tony mulai menapaki puncak kariernya dalam musik reggae di Indonesia, karena album inilah seorang Professor di bidang musik dari Amerika memberikannya referensi kepadanya untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika. Pihak penyelenggara Festival menyukai lagu-lagu yang ada di album tersebut dan kemudian mengundang Tony untuk tampil di acara tersebut pada tahun 2002, tapi sayang sekali Tony beserta rombongannya tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait dengan Tragedi WTC 11 September di Amerika yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan Tony ke Amerika.
Pada tahun 2003 albumnya yang ke empat berjudul “Kronologi” dirilis, lagu pada album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis.
Kedekatan Tony dengan aktivis LSM dan NGO seperti Green Peace, WALHI,dan lain-lain memberikannya inspirasi untuk membuat album yang mempunyai visi dan misi sosial dan kemanusian yang lebih mendalam dan berarti. Maka pada tahun 2005 lahirlah album kelimanya yang bertitel “Salam Damai” dengan membawa misi dan visi yang ingin disampaikan tentang perdamaian, dalam album ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur musik orchestra tetapi tidak lupa memasukan unsur tradisional yang semakin kental.
Di penghujung tahun 2005, kembali atas bantuan referensi dari teman lamanya, Professor musicology dari Amerika Serikat, salah satu lagu dari album ketiganya “Damai Dengan Cinta” yaitu “Pat Gulipat” berhasil masuk dalam Album kompilasi musik dunia Putumayo World Music dengan titel “Reggae Playground” yang telah dirilis secara Internasional pada bulan Februari 2006. Sebagai satu-satunya wakil dari benua Asia hal ini juga tidak saja mengaharumkan nama Tony Q sendiri tetapi juga nama Indonesia di mata dunia dan khususnya Musik Reggae ala Indonesia juga dapat lebih dikenal secara Internasional.
Setelah sekian lama berkecimpung di dunia indie label, maka Tony pun mencoba untuk kembali merilis albumnya di major label pada tahun 2007 dengan titel “Anak Kampung”.Nuansa album ke enam nya ini masih mencoba untuk memadukan unsur musik reggae dengan tradisional indonesia dan semakin didominasi oleh lagu-lagu yang bertema sosial, membuat musiknya pun banyak digemari oleh masyarakat kelas menengah kebawah terutama mereka yang berasal dari wilayah luar Jakarta.
Basis penggemar yang semakin berkembang, Tony pun mulai mencoba memfasilitasi keinginan penggemarnya dengan membentuk fans club yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga sampai ke negeri tetangga Singapore, Malaysia dan Australia. Pada awal tahun 2009 bertepatan dengan berlangsungnya pesta demokrasi di Indonesia yaitu pemilihan umum Presiden, Tony pun kembali merilis album ke tujuhnya secara independen dengan titel “Presiden” proses rekaman album ini pun sepenuhnya dilakukan di Sydney, Australia. Di album terbarunya tersebut Tony benar-benar ingin memberikan nuansa dan tema politik yang cukup kental demi menyambut dan menanggapi jalannya pemilihan umum Presiden Indonesia.Aransemen musiknya pun semakin bervariasi, Tony kembali bernostalgia dengan musik country, dimana ia mencoba memasukan unsur gitar banjo khas musik country di album tersebut.
Pada pertengahan tahun 2009, setelah melalui proses yang cukup panjang maka demo lagu yang pernah coba ditawarkan pada sebuah label world musik bernama Cumbancha dari Amerika Serikat milik mantan A&R dari label World Music Putumayo, Jacob Edgar, dari Amerika Serikat sejak tahun 2008 pun akhirnya berhasil mencapai kesepakatan. Cumbancha memberikan kesempatan dan tawaran untuk merilis lagu-lagu Tony secara internasional. Album itu sendiri rencananya akan dirilis pada awal tahun 2010 secara internasional yang juga akan diedarkan di Indonesia.

Senin, 03 November 2014

Alasan Bob Marley Identik Dengan Ganja


Banyak orang yang mengagumi pelantun lagu No Woman No Cry ini. Lagu-lagunya begitu menginspirasi. Sampai-sampai gaya rambut, gaya hidup dan segala yang identik dengannya diikuti.

Sebagaimana kita tahu, Bob Marley identik dengan Rambut gimbalnya, ganja dan warna merah kuning hijau. Apa alasannya?

Warna merah kuning hijau adalah warna bendera Rastafari Movement atau sering disingkat dengan Rasta. Rastafari adalah sebuah agama yang lahir di Jamaica, namun ada juga yang lebih suka menyebutnya the way of life atau cara hidup ketimbang agama.

Agama tersebut berdasarkan pada Alkitab namun telah dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan-kepercayan religius lainnya di Jamaica.

Setiap warna dari bendera Rastafari tersebut memiliki makna tersendiri. Merah melambangkan darah yang tumpah ke bumi, kuning melambangkan emas yang hilang atau kemakmuran juga matahari yang memberikan kehidupan pada semua, dan hijau melambangkan daratan hijau Afrika yang hilang.

Banyak penggemarnya di seluruh dunia meniru gaya rambut dreadlock atau gimbalnya karena fanatik. Meski tidak sedikit pula yang meniru gimbalnya Bob Marley karena terkena imbas voyeurisme. Padahal gimbal Bob Marley sebagai bagian dari keyakinannya akan ajaran Rastafarian, dan bukan dari pengkulturan dari selebriti idolanya.

Pada umumnya di Indonesia, sosok Bob Marley banyak diidentikkan dengan ganja, padahal ganja adalah ritual serta bagian dari ajaran Rastafarian dan Bob Marly adalah penganutnya. Wajar bila ia mengkonsumsi, menjadikan syair, dan menyanyikannya.

Menyoal tentang rambut gimbal Bob Marley, ternyata itu juga ada makna tersendiri bagi Rastafari di antaranya adalah bagian dari sumpah dalam Injil Nazarene dan Leviticus yang melarang mereka untuk mencukur rambut (tapi bukan berarti rastafarian ini selalu berambut gimbal, ada juga yang tidak).
Makna yang lain adalah gimbal melambangkan identitas mereka, agar mereka tidak lupa siapa mereka dan mengingatkan mereka pada Jah (Tuhan) karena dengan rambut gimbal mereka terlihat seperti  singa (Lion of Judah)

Ganja atau canabis atau mariyuana dibawa pertama sekali ke Jamaika pada akhir tahun 1800 oleh orang-orang India timur.

Sebelum Rastafari muncul ganja digunakan sebagai obat atau  dicampur dengan tembakau untuk rokok. Untuk Rastafarian, Ganja  digunakan untuk memperoleh kebijaksanaan dan menjadi bagian dari ritual keagamaan untuk mendekatkan diri mereka pada “Jah” (Tuhan).

Jadi dengan kata lain mereka melakukan ritual ibadah dengan mengkonsumsi ganja agar mendapatkan kekhusyukan.

Apa sebenarnya tujuan Rastafari ini? Ada yang bilang mereka adalah sebuah gerakan keagamaan dan sebuah revolusi kebudayaan untuk perdamaian dunia, keselarasan rasial, ekonomi, dan reformasi politik.

Dalam konteks Afrika, alasan munculnya Rastafari adalah untuk kebebasan orang kulit hitam, maknanya di sini adalah pembangkangan terhadap penindasan dan simbol kebanggaan sebagai kulit hitam.

Bob Marley adalah keturunan campuran. Ayahnya Inggris berkulit putih, sedangkan ibunya adalah Afro-Jamaika.

Karenanya dia terlahir terlalu hitam untuk masuk ke golongan kulit putih dan terlalu putih untuk masuk ke dalam golongan kulit hitam. Namun pada akhirnya dia memilih masuk dalam golongan kulit hitam.

Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman.

Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

Kisah hidup Bob Marley adalah sebuah inspirasi, itulah kenapa karya-karyanya abadi dan terus bergema. Bob Marley berbicara tentang represi politik, wawasan metafisik dan artistik, kesejahteraan dan apa saja yang mengusiknya.

“No Women No Cry” masih akan terus menghapus air mata dari wajah seorang janda. Tembang “Exodus” masih akan memunculkan ksatria, dan “Redemption Song” masih akan menjadi tangisan emansipasi melawan segala tirani. Lagu “Waiting in Vaint” akan tetap menggairahkan, dan “One Love” akan terus menjadi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan di dunia melampui batas-batas, melampui kepercayaan-kepercayaan, di mana tiap orang akan sadar dan mempelajarinya.

Oleh: Khairi Syukran